ADA dakwaan yang sangat berat ditujukan kepada pemerintah. Yaitu pemerintah menangguk keuntungan ekonomis dan politis dari penderitaan rakyat.
Akan tetapi, harga Rp5.000 per liter itu masih terlalu tinggi. Berdasarkan perhitungan sejumlah ahli perminyakan, harga yang pas maksimal Rp4.000 per liter. Artinya, pemerintah masih mengambil keuntungan ekonomis Rp1.000 per liter. Total diperkirakan pemerintah meraup keuntungan Rp1,2 triliun lebih.
Mestinya pemerintah terbuka saja soal harga premium. Jangan malah selalu berlindung di balik kian membengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) tahun ini. Itu yang kerap disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro setiap ditanya mengapa harga premium hanya turun Rp500 per liter.
Menteri Purnomo menyebut subsidi BBM yang dicairkan sudah mencapai Rp130 triliun atau Rp4 triliun lebih besar daripada pagu subsidi di APBN Perubahan 2008 yang mencapai Rp126 triliun. Namun, Purnomo lupa bahwa saat harga minyak dinaikkan, pemerintah mampu menghemat subsidi Rp35 triliun.
Uang itu lalu digunakan untuk macam-macam kepentingan, yaitu untuk bantuan langsung tunai (Rp18 triliun), untuk cadangan risiko fiskal pergerakan harga minyak dunia (Rp8 triliun), dan untuk cadangan APBN (Rp9 triliun). Itu berarti masih ada total dana cadangan sebesar Rp17 triliun. Kalau penggunaan subsidi lebih besar Rp4 triliun, bukankah masih ada dana cadangan Rp13 triliun? Harga BBM yang mahal jelas membuat rakyat menderita. Tentu, tidak adil dan tidak elok, di tengah krisis ekonomi dan bayang-bayang pemutusan hubungan kerja seperti saat ini, pemerintah malah mencari untung dari penderitaan rakyat. Yang harus dilakukan justru segera maksimalkan anggaran yang ada untuk menggenjot sektor riil melalui penurunan harga premium dan solar.
Selain itu, penurunan harga harus dilakukan sekaligus hingga benar-benar dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Bukan dicicil, yang menimbulkan interpretasi bahwa pemerintah sengaja melakukannya untuk meraih citra politik. Yaitu pemerintah sekarang sangat baik, buktinya menurunkan harga BBM dua kali dalam dua pekan, yang menunjukkan komitmen pemerintah kepada perbaikan nasib rakyat.
Sebuah perbandingan perlu dikemukakan, dalam lima bulan ini Malaysia telah menurunkan harga minyak tujuh kali. Bukan dengan maksud mencicil, melainkan konsisten mengikuti turunnya harga minyak mentah dunia.
Yang ditunggu sekarang pemerintah transparan mengumumkan harga BBM yang selayaknya dinikmati rakyat. Pemerintah jangan menjadi pedagang terhadap rakyatnya sendiri. Jika benar perhitungan para pakar perminyakan, sekarang juga mestinya pemerintah menurunkan harga premium menjadi Rp4.000 per liter.
Bahkan, harga BBM bisa diturunkan lebih besar lagi karena harga minyak mentah dunia saat ini hanya US$40 per barel.
Sabtu, 20 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar